Cinta, Darah, dan Penjara [Bag. 2]

Tiba-tiba dari kejauhan ada yang manggil gue “Is… Is!!!”
setelah gue dengerin suara itu, ternyata itu suara si piteng (samaran).
“ada apa teng, lu teriak-teriak gitu?” tanya penasaran gue.
“aceng is, si aceng…” piteng dengan tergesa-gesa.
“knapa aceng teng!?” gue makin penasaran.
“si Aceng kecelakaan, sekarang dia dirumah sakit.”
“Astagfirullah, rumah sakit mana!?”
“Rs. Meteran”

Mendengar Aceng kecelakaan gue bergegas ke rumah sakit Aceng dirawat. Sampai disana gue melihat semua keluarga Aceng berkumpul, termasuk keluarga ika calon istri Aceng. Gue melihat wajah ibu Aceng, sepertinya ia sedang menahan rasa kesedihan yang dalam. Dalam suasana haru gue pun memberanikan diri bertanya pada kakak aceng lisa.

“kak bagaimana keadaan aceng?” tanya pelan gue.
“Aceng hanya luka memar aja is” kak lisa dengan sedikit menahan sedih.
Mendengar Aceng baik-baik aja perasaan gue lega. tapi tiba-tiba tangisan kak lisa pun akhirnya keluar sambil berbicara.

“Tapi ika meninggal is, kepalanya terbentur aspal sangat keras” kak lisa sambil menahan tangis.

“innalillahi, yang bener kak!?” gue kaget.

“untuk apa kakak bohong!?”

Mendengar ika meninggal gue sangat kaget sekaligus miris. bagaimana dengan keadaan sobat gue kalo dia tau ika meninggal, mungkin hatinya sangat hancur, apalagi hari pernikahannya yang tinggal seminggu lagi, ini akan membuatnya shock.

Dua hari kemudian setelah keluar dari rumah sakit akhirnya Aceng pun tau kalau ika sudah meninggal. Terlihat jelas dari raut wajah Aceng yang menyimpan kekecewaan juga kesedihan. Setalah ditinggal ayahnya yang membuat sedih, Kembali ia ditinggal sang pujaan hatinya. Tugas gue sebagai sahabat untuk menghiburnya, namun tetap saja ceria dan tawa aceng yang sering gue dengar udah gak terlihat lagi. gue pun mencoba mencairkan suasana dengan mengajak Aceng dan teman yang lain bermain domino atau gaple.

Ternyata rencana gue berhasil, ada sedikit tawa pada aceng walau sedikit dipaksakan tapi setidaknya senyumnya membuat gue tenang. namun Tiba-tiba..

“Angkat tangan, jangan bergerak!!!”

Seorang pria dengan Badan tegap menodongkan pistol dan langsung memborgol tangan aceng.

Ada masalah apalagi ini, belum cukupkah penderitaan aceng!!?

[Bersambung]
Tunggu Selanjutnya [Cinta, Darah, dan Penjara Bag.3]

Baca Sebelumnya Kisah, Darah, dan Penjara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *